Monday 17 February 2014

GONE

Author : Hyuna Kang 
Title : Gone 
Cast : Kim Minseok(Xiumin) Lee Minna(Minna) Other 
Rating : semua umur(?) 
Genre : Sad, Romance(?) 
Lenght : OneShoot 
Note : Saya nulis ff ini setelah nonton mv gone, jadi ini terinspirasi dari mv tersebut. Mian kalo feelnya tak dapat, aneh, atau apalah. Apalagi typo! Tapi ini murni tulisannku tak copas dari sono sini~. 

** 



Mobil berwarna putih itu berhenti tepat didepan rumah megah bernuansa klasik, Disampingnya terparkir mobil hitam. Seorang gadis keluar dari dalam mobil, diantar oleh seseorang yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya. Orang itu hanya mengantar sampai depan gerbang rumah megah itu. Kim minseok, laki laki berumur 19 tahun sedang berlatih piano, pandangan tiba tiba teralih pada sosok gadis yang berjalan melewati ruang latihannya. Tanpa dia sadari tatapan tidak terlepas dari gadis itu. Plak! terdengar suara benda dipukul 
"Ya! Kim Minseok perhatikan permainanmu!" 
"Ah, ne. jeongseumnida seosangnim" Minseok kembali pada permainannya, namun dia tidak sepenuhnya fokus. Ekor matanya tidak lepas dari sosok gadis itu. 
"Baiklah, latihanmu kita sudahi sampai disini. Sekarang kamu boleh pulang. Dan jangan lupa besok arra?!" sebuah suara membuyarkan lamunan minseok. Minseok menoleh ke arah gurunya dan mengangguk. Segera dia rapikan partitur partinur lagu yang sedang dipelajari, dan bergegas meninggalkan tempat yang sebenarnya sangat malas dia datangi. Minseok mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya, entah benda apa yang dia keluarkan. Tapi sepertinya itu obat, Minseok meminum beberapa pil obat dan tanpa sengaja berpapasan dengan gadis yang menyita perhatiannya tadi. Tanpa dia sadari seulas senyum kecil terlukis dibibirnya, namun berubah menjadi kerutan bingung. Kenapa gadis itu tidak menoleh ke arahnya sama sekali? 
"Apa yang kau lihat Minseok-ssi? Cepatlah sudah cukup lama aku menunggumu disini" Ucap laki laki yang terlihat lebih tua dari Minseok, kesal. 
"Tapi hyung, Apa hyung tau siapa dia?" Minseok tidak menanggapi ucapan hyungnya tadi. 
"Haish.. Sudahlah apa peduliku, cepatlah naik kau itu lama sekali" ujar laki laki itu tidak sabaran sambil mendorong tubuh Minseok dan itu membuatnya menggerutu kesal 
** 
Minseok masih fokus dengan partitur lagu yang kemaren dia pelajari. Namu indera pendengaranya menangkap sesuatu, Minseok menoleh keruangan yang bersebelahan dengan tempatnya sekarang. Gadis itu lagi, tapi ada sesuatu yang membuat Minseok tidak melepas pandangannya. Bukan karna guru yang mengajarnya terlihat begitu galak. Tapi gadis itu, mencoba mengambil permen yang berjatuhan dengan cara... Meraba lantai. Minseok masih tidak nyakin dengan apa yang dia lihat, tanpa sengaja pekerja yang sudah lansia melewati tempat Minseok 
"Ajusshi, apa dia murid baru seosangnim? apa dia bu..?" 
"Ssstt.. Kecilkan suaramu tuan. iya, saya permis" belum selesai Minseok bertanya, ucapan dipotong dan dijawab sekaligus. Dan laki laki separuh baya itu meninggal Minseok. Minseok yang masih ingin mengetahui tentang gadis itu, berjalan pelan pelan menghampiri gadis itu. Tatapan gadis itu terlihat kosong, Minseok duduk tepat disamping gadis yang menyita perhatiannya itu. Ditekannya tust tust piano yang menimbulkan nada nada yang membuat pendengarnya merasa nyaman. Tanpa Minseok sadari gadis itu tersenyum. 
"Kamu.. Kamu siapa? Apa kamu cho seosangnim?" Tanya gadis itu, dan refleks membuat Minseok menghentikan permainan indahnya itu. 
"Aniyo" Minseok menggeleng pelan, ya walaupun dia tau gadis itu tidak bisa melihat gerakan tubuhnya. 
"Aku Kim Miseok imnida, ah atau kau panggil saja Xiumin" 
"Oh, Aku imnida Lee Minna. Kau bisa memanggilku Minna" Argh, sakit itu datang lagi. Minseok bergumam dalam hati. Diambilnya obat yang biasa ditaruh disaku bajunya, segera.diminum obat itu agar Minna tidak menyadari. 
"Ohya permainanmu sungguh.." 
"Ssttt.." belum selesai menyelesaikan ucapannya tapi jari telunjuk Minseok sudah menempel diujung bibir Minna, mengisyaratkannya untuk diam. Sedangkan Minseok berlari sembunyi dibelakang piano. Tiba tiba cho seosangnim muncul. 
"Ya! apa kau yang memainkan lagu indah itu Minna-ssi?" Tanyanya penuh harap. Minna hanya menggeleng, takut untuk mengatakan yang sebenarnya, lagi pula bukan dia juga yang memainkan lagu inda tadi. 
"Aish.. Kalau begitu cepat pelajari partnitur yang ku berikan arra?" Ujarnya, lalu meninggalkan Minna pergi. Setelah merasa aman, Minseok memunculkan kepalanya dari balik tempat persembunyiannya. 
"Mian, tiba tiba aku pergi sebelum kau menyelesaikan ucapanmu Minna~a. Aku takut ketahuan cho seosangnim heheh" 
"Eoh, gwaenchanah Xiumin. Nado heheh, tadi permainanmu bagus sekali" 
"Hm.. Gomawo ::) kamu juga bis.." Ucapan Minseok terputus saat melihat perubahan raut wajah Minna. 
"Ah mian aku tidak.." Minseok gelagapan. 
"Ah aniyo. Aku tidak apa sungguh" Ujar Minna tersenyum, menampakn satu dimple kecil dipipinya. Minseok menggaruk tengkunya yang tidak gatal, terlanjur merasa tidak enak dengan apa yang baru saja dia ucaplan. Minseok berpikir sejenak, untung saja dia cukup pintar mengganti topik pembicaraan. Minseok tiba tiba tersenyum, mengingat tadi jarinya menempel dibibir Minna. 
** 
Minseok mengedap-ngedap, tengok sana sini persis seperti maling. Dibelakangnya Minna hanya diam, mencoba meraba tembok agar tidak terjatuh. Setelah dirasanya aman Minseok melambaikan tangan, isyarat untuk menghampirinya. 
"Minna~a ! Minna~a" Minseok baru menyadari bahwa dia lupa kalau Minna tidak bisa melihat. Diraihnya jemari lentik Minna dan membawanya ke sebuah taman yang cukup indah. Perbincangan hangatpun terus mengalir diantara keduanya, sesekali Minna tertawa memdengar celotehan Minseok. Minseok seakan terhipnotis dengan tawa dan senyum itu, pemandangan yang sangat langka dia lihat di tempat latihan. 
"Hmm.. Xiumin, apa aku boleh meminta sesuatu?" Minseok menoleh. 
"Ne? Tentu saja Minna" 
"Enghh.. Bolehkan aku menyentuh wajahmu?" Spechless, mungkin itu yang dirasa Minseok. Minseok mengangguk, lalu dituntunya jemari Minna merasakan semua bentuk wajahnya. Dari matanya, hidungnya yang mancung, pipinya yang chubby tanpa sadar seulas senyum terukir dibibirnya. Sakit! Lagi sakit itu datang. Minseok merutuki penyakitnya muncul disaat yang sangat tidak tepat. Dengan tergesa dia merogoh saku jaketnya mencari obat penawar rasa sakitnya itu. Namun sial beberapa orang berseragam yang Minseok nyakin orang orang suruhan appanya menariknya paksa meninggalkan taman itu. 
"Minna! Lepaskan aku brengsek!" Namun apalah daya, kekuatan Minseok tidak sebanding dengan orang orang bertubuh tegap itu. Minna tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia hanya bisa mendengar Minseok yang memanggil namanya terus menerus. Semakin lama semakin kecil dan hilang. 
SREK.. Minna merasa sesuatu jatuh, dia berjongkok meraba rumput mencari sesuatu itu. Sampai tangannya menyentuh benda berbentuk tabung, entah mengapa Minna sangat nyakin bahwa benda ini milik Kim Minseok. Tanpa dia sadar butiran butiran bening jatuh dari pelupuk matanya. 
** 
Satu, dua, tiga hari bahkan lebih. Minna menanti Minseok untuk mengajarinya bermain piano. Sampai topless permen yang awalnya penuh habis tak bersisa. Minseok belum juga muncul, Minna masih menggenggam botol berbentuk tabung milik xiumin yang dia temukan dihari terakhir mereka bertemu. 
KLEKK.. Pintu terbuka, Minseok datang masuk ke ruang piano tempat dia sering berlatih bersama Minna. Minna menyadari itu Minseok, meskipun ruang piano bersebelahan dengan tempatnya sekarang. Dia datang, seulas senyum terukit dibibir manisnya. Ting.. Ting.. Ting tuts tuts piano mulai berbunyi, suaranya cukup menjangkau indra pendengaran Minna. Tapi saat pertengah lagu, Minseok merasa sakit itu datang lagi. Sakit! Lebih sakit dari sebelum sebelumnya. 
'Kumohon jangan sekarang tuhan, izinkan menyelesaikan permainan ini' batin Minseok dalam hati. Tapi takdir berkata lain, saat bait bait lagi terakhir.. 
JRENG!! Minseok jatuh tepat diatas tuts piano, tangannya mengayun bebas dilantai. Perlahan senyum dibibir Minna menghilang. 
"Xiumin~a? Kau masih disana? Kenapa tidak dilanjutkan?" cairan bening sudah merembes keluar mengalir melewati pipi tirusnya. Tiba tiba Cho seosangnim datang, bertapa terkejutnya dia melihat Minseok yang sudah tak sadarkan diri. Dipegang pergelangan tangannya masih adakah nadi yang berdetak, dia menyadari satu hal. Minseok sudah tiada, Han ajussi membopong Minseok untuk dikembalikan ke keluarganya. 
"Xiumin?" Cho seosangnim menyadari kalau Minna berada diruang sebelah disana, dia juga sempat memdengar lagu yang belum diselesaikan Minseok. Tanpa suara dia melanjutkan permainan Minseok, perlahan Minna kembali tersenyum. Dia masih berpikir bahwa Minseoklah yang masih memainkan lagu itu. Minna tidak tahu kalau sebenarnya Minseok sudah tidak ada.. 

FIN~

No comments: